Saturday, February 7, 2015

Jurus Toyota Mempertahankan Pangsa Pasar



Dilihat dari pertumbuhan GDP, nilai tukar rupiah, angka inflasi dan sejumlah indikator lainnya, kondisi perekonomian Indonesia memang tidak sedang dalam kondisi menggembirakan. Tetapi, kondisi ini tidak mengecilkan langkah Toyota Astra Motor untuk terus menjadi pangsa terbesar industri otomotif di Indonesia di tengah persaingan juga yang semakin ketat.
Persaingan industri otomotif menjadi semakin ketat dimulai sejak akhir 2010 di mana sejumlah pemain memutuskan untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Menurut Rahmat Samulo, Direktur Marketing Toyota Astra Motor, kenaikan kapasitas produksi yang dilakukan sejumlah pemain di industri otomotif telah melalui proses yang cukup panjang. Menurutnya, latar belakang penambahan kapasitas produksi tersebut adalah karena potensinya yang masih besar. Tidak hanya rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang masih rendah, tetapi juga karena melihat jumlah penduduk, jumlah kelas menengah dan generasi muda.
Kenaikan produksi di luar Toyota yang semula 710 ribu, kini menjadi di atas 1 juta, sedangkan produksi Toyota naik dari 175 ribu menjadi 240 ribu. Belum lagi ditambah jumlah impor, sehingga kapasitas terpasang jumlahnya mencapai 1,3 juta. Padahal, pasar otomotif di Indonesia jumlahnya 1,2 juta.
Di samping bertambahnya kapasitas produksi, munculnya berbagai model yang dikeluarkan oleh para pemain industri otomotif baik dari kategori MPV Low, Compact Entry, SUV Medium, Compact Med, Compact Low menambah semaraknya industri ini. Supply yang lebih besar serta variatifnya model yang ditawarkan memberikan keuntungan pada konsumen.
Guna menghadapi persaingan ke depan, setidaknya tahun 2014 mendatang, Toyota berencana mempertahankan pangsa pasarnya minimum 36% dengan sejumlah strategi. Strategi tersebut diantaranya dengan memperkuat produknya, memperkuat jaringan dan ekspansi, serta menyediakan pengalaman kepemilikan yang terbaik. Strategi penguatan produk yang akan dilakukan Toyota menurut Rahmat Samulo, diantaranya dengan menyediakan produk baru ataupun memperbaharui produk yang sudah ada. “Kalau ada segmen yang dibutuhkan, Toyota akan masuk. Toyota juga aktif memperbaharui model, baik kecil-kecilan seperti facelit maupun full change,” paparnya.
Strategi ekspansi yang akan dilakukan Toyota merupakan upaya Toyota agar semakin dekat dengan konsumennya. Tahun 2014 mendatang, Toyota berencana menambah jumlah outletnya yang kini 256. Menurut rencana, tahun 2014 mendatang, outlet Toyota akan bertambah 14 outlet dengan investasi sekitar 25-30 milyar per outlet.
Pelayanan pun menjadi strategi yang akan dipertahankan Toyota agar mampu terus bersaing. Dengan program Best Ownership Experience, yang dimilikinya, Toyota akan melayani para konsumen dimulai dari saat pemilihan kendaraan sampai pasca penjualan. “Saya yakin, dengan after sales service, pelanggan akan loyal dan kembali membeli lagi,” tutup Rahmat. (EVA)





Pembahasan Studi Kasus
            Outlet-outlet yang dimiliki Toyota termasuk ke dalam pengecer layanan penuh. Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pengecer layanan penuh adalah wiraniaga siap untuk membantu dalam setiap tahap proses mencari-membandingkan-memilih. Pelanggan yang suka ditunggui memilih toko jenis ini. Biaya karyawan yang tinggi, disertai dengan proporsi barang khusus yang tinggi serta barang dengan pergerakan lebih lambat dan layanan yang banyak, membuat usaha eceran ini berbiaya tinggi.
            Ini sesuai dengan outlet Toyota yang menawarkan berbagai macam layanan produk dan jasa untuk pelanggannya contohnya:
-          Bengkel
-          Showroom
-          Layanan kredit
-          Layanan asuransi
Selain itu, outlet-outlet ini masuk ke dalam jenis pengecer ruang pamer katalog. Menurut Kotler & Amstrong (2008) ruang pamer katalog adalah berbagai pilihan barang bermerk dengan harga markup tinggi, dan pergerakan cepat yang dijual melalui katalog dengan harga diskon.
            Toyota juga memberikan bauran jasa, meliputi:
-          Layanan pasca pembelian
Contohnya: service gratis untuk pembelian mobil baru, pengiriman produk untuk konsumen yang jauh, dll
-          Layanan tambahan
Contohnya: pemberian kredit, garansi dan penawaran asuransi

MAKALAH MANAJEMEN STRATEGIK (ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PT HASNUR CIPTA TERPADU)



BAB I
Pendahuluan

Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, meningkatkan volume penjualan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan, maka diperlukan perencanaan startegi bisnis, dan menyelaraskannya pada misi perusahaan. Strategi untuk suatu perusahaan adalah rencana jangka panjang. Strategi ini adalah rencana yang disatukan. Artinya mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu menyeluruh, meliputi semua aspek penting perusahaan dan terpadu, sehingga semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian.
Strategi menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungannya. Sehingga sebelum perusahaan dapat memulai perumusan strateginya, manajemen terlebih dahulu harus mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi dan mengamati lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan yang juga akan menentukan apakah perusahaan mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada sambil menghindari ancaman-ancaman.
Hasnur Group merupakan suatu grup kegiatan usaha yang didirikan oleh seorang pengusaha asli Kalimantan sejak tahun 1966. Kegiatan usaha Hasnur Group yang dimulai dari angkutan sungai, galangan kapal, pembuatan pal dan kontraktor kehutanan terus tumbuh dan berkembang ke berbagai sector usaha, antara lain di bidang forestry, pertambangan batu bara, dan bijih besi, pelabuhan khusus, agrobisnis, media dan percetakan, dan transportasi.
Sejak tahun 2002 Hasnur Group mulai melakukan restrukturisasi bisnis dan usahanya serta menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang modern tanpa melupakan nilai-nilai religi dan kearifan budaya lokal. Hasnur Group telah menetapkan manajemen dan struktur organisasi yang adaptif terhadap perubahan. Para pengurus yang diangkat merupakan orang-orang yang memiliki komitmen bahwa perusahaan harus berkembang bukan hanya untuk kepentingan para pemegang saham dan karyawan, namun juga masyarakat, pemerintah daerah dan pusat, serta pihak-pihak lain pemangku kepentingan, baik di masa sekarang maupun masa mendatang. Hasnur Group terus melakukan kegiatan usahanya dengan satu tujuan Tumbuh dan Berkembang Bersama untuk Membangun Masa Depan.
Hasnur Group memiliki banyak sekali anak perusahaan yang tesebar di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. PT Hasnur Cipta Terpadu merupakan salah satu anak perusahaan Hasnur Group yang bergerak di bidang agroindustri perkebunan kelapa sawit yang terletak di Tapin, Kalimantan Selatan.


BAB II
Profil Perusahaan

Menjadi  pemain baru di industri kelapa sawit nasional, PT Hasnur Citra Terpadu terus mengembangkan lahan kelapa sawitnya dari tahun ke tahun.  Anak usaha Hasnur Grup ini berkeinginan menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka, yang mengelola kebun plasma terluas di Indonesia. Direktur Utama PT Hasnur Citra Terpadu, mengatakan semenjak awal perusahaan memang berkomitmen untuk maju dan berkembang bersama  masyarakat. Kebijakan ini tidak terlepas dari amanat Haji Abdussamad Sulaiman Haji Basirun sebagai Pendiri Hasnur Grup dan juga ayah Jayanti Sari. Sampai dengan saat ini, dari total kebun kelapa sawit seluas ± 14.000 hektare, ± 37% merupakan areal kebun plasma.
Lahan plasma yang dimiliki PT Hasnur Citra Terpadu tadi, telah melebihi dari yang ditentukan pemerintah lewat Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Aturan ini mewajibkan perkebunan sawit mengalokasikan lahan plasma sebesar 20% dari luas perkebunan inti. Dari total kebun seluas ± 14.000 hektare, seluas ±3.600 hektare merupakan areal Izin Lokasi PT HCT, yang dijadikan lahan inti hanya1.452 hektare. Menurut Jayanti Sari, penyerahan sisa lahan Izin Lokasi kepada petani ini sudah menjadi komitmen dari awal dan sejalan dengan visi perusahaan, ke depan akan menjadi perusahaan kelapa sawit dengan lahan plasma terbesar di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengangkat derajat masyarakat setempat lewat pembukaan lapangan pekerjaan.
Kepedulian perusahaan terhadap pekerja dan masyarakat dibuktikan dengan pembangunan Sekolah  Menengah Atas di Batola, Kalimantan Selatan. Jayanti Sari mengatakan sekolah yang didirikan ini berada dekat dengan kebun sawit  untuk membuat pekerja tenang tanpa harus memikirkan lokasi sekolah anaknya jauh dari kebun. Walaupun terbilang baru, PT Hasnur Citra Terpadu tetap tidak mau ketinggalan dalam penyediaan fasilitas pendidikan dan sosial. Saat ini, cadangan lahan (landbank) PT Hasnur Citra Terpadu telahmencapai ±60.000 hektare. Dari jumlah tersebut, lahan yang telah tertanam seluas ±14.000 hektare dan dilengkapi satu pabrik kelapa sawit berkapasitas 45 unit TBS per jam yang dapat ditingkatkan menjadi 90 ton TBS  per jam berlokasidi Sungai Puting, KabupatenTapin.
Kedepan,meskipun di Kalimantan Selatan telah ada 2 unit refineri, perusahaan tetap berencana mendirikan refineri yang menghasilkan minyak goreng.  Demi merealisasikan rencana ini, perusahaan telah menargetkan dalam 5  tahun ke depan total areal tanam ±50.000 hektare.
VISI
Menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka, yang mengelola kebun plasma terluas di Indonesia
MISI
-          Menyediakan kesempatan yang sama untuk setiap orang mengembangkan potensinya dalam semangat kebersamaan.
-          Mengoptimalkan nilai dari potensi ekonomis dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan.
-          Menciptakan kesempatan kerja.
-          Menerapkan good corporate governance dengan konsisten.
-          Memberikan komitmen terhadap tanggung jawab sosial.

Susunan Direksi PT.Hasnur Cipta Terpadu:
Direktur Utama       :  Jayanti Sari
Direktur                    :  Hasnuryani, SE
Direktur                    :  Abdussalam Bani Surya
Direktur                    :  Drs. Masyhur Hamdan
Direktur                    :  Ir. Ade Dermawan Nasution M. M


BAB III
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan


Analisis SWOT
Teknik Analisis SWOT merupakan sebuah pengembangan dari tahun 1950an hingga sekarang. Profesor Harvard Business School (HBS) Unit Kebijakan yaitu George Albert Smith Jr dan C Roland Christiensen pada tahun 1950 menggunakan SWOT dalam strategi organisasi dan pemasaran. SWOT kemudian dikembangkan oleh HBS hingga sekarang. Analisis SWOT merupakan metode yang digunakan sebagai salah tools (alat) yang digunakan merumuskan manajemen strategic suatu perusahaan. Dan akhirnya pada analisis swot ini bisa dikembangkan metode Matriks SWOT yang kemudian dapat digunakan untuk memutuskan kebijakan strategic perusahaan.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar Matriks SWOT, yang mana dalam matriks tersebut menggunakan perpaduan antara:
-          Strenght dan Opportunity: berkaitan tentang bagaimana sebuah perusahaan menggunakan Kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang  ada. Sehingga dalam matriks SWOT akan melahirkan keputusan strategy perusahaan dalam menggunakan kekuatannya untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada.
-          Weakness dan Opportunity: Bagiamana Kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada. Pada bagian ini akan melahirkan strategy perusahaan untuk menghadapi kondisi yang memang perusahaan mempunyai kelemahan di dalamnya sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada
-          Strength dan Threat: Bagimana Kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada,
-          Weakness dan Threat: Bagaimana Kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisis SWOT Terbagi Menjadi 2:
-          Analisis Lingkungan Internal
-          Analisis Lingkungan Eksternal.
Analisis Lingkungan digunakan untuk sebuah perusahaan dalam memetakkan keberadaanya di lingkungan bisnisnya, sehingga mampu memanfaatkanya atau mengambil celah yang ada untuk meraih pangsa pasar.
Analisis Lingkungan Internal
Analisis Lingkungan Internal itu berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan dari kondisi internal Perusahaan. Pada analisis Swot tentang lingkungan internal, kita mengetahui adanya Strenght (kekuatan) dan Weakness (kelemahan). Seperti dunia ini diciptakan didalamnya berpasang-pasangan, ketika suatu perusahaan berdiri, maka dia pasti mempunyai kekuatan dan kelemahan, yang semua itu berjalan beriringan mengiringi perjalanan hidup perusahaan
Lingkungan Internal
1. Sumber Daya : PT.Hasnur Cipta Terpadu telah memiliki land bank sebanyak ± 60.000 hektare dan areal tanam seluas ± 14.000 hektare yang memerlukan banyak pekerja serta memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar karena memiliki banyak petani plasma binaan. Serta perusahaan telah memiliki pabrik pengolahan CPO sendiri dengan kapasitas yang cukup besar
2. Intengible : Perusahaan juga telah memiliki pelanggan CPO yang tetap, serta proses pembelian tbs yang stabil dari petani/perusahaan lain untuk mencukupi target penjualan cpo perusahaan
3. Kapabilitas: Sistem pertanian plasmanya telah menunjukan hal yang positif bagi peningkatan ekonomi warga di lingkungan sekitar, serta kemampuan perusahaan untuk mengolah hasil tandan buah segar menjadi cpo dalam jumlah besar.
Kekuatan Perusahaan
1. Memiliki pabrik CPO sendiri dengan kapasitas produksi CPO yang cukup besar
2. Memiliki hubungan yang baik dengan warga sekitar karena memberdayakan banyak petani plasma
3. Pemilik perusahaan merupakan putra asli daerah kalimantan sehingga mudah diterima oleh berbagai kalangan di sana
Kelemahan Perusahaan
1. Terlalu banyak lahan kebun plasma yang tidak efisien pengeloalaannya jika dibandingkan dengan kebun inti/milik sendiri
2. Dengan luas lahan tanam yang masih kecil di bandingkan kapasitas produksi CPO, maka perusahaan harus banyak membeli tandan buah segar dari kebun sawit di luar agar produksi tetap stabil dan mesin pabrik tidak idle.
3. Belum adanya SOP yang terbentuk dalam pengelolaan tanaman sawit.

Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal ini merupakan analisis terhadap dunia pesaing perusahaan dari arah mana saja. Termasuk di dalamnya mempelajari faktor-faktor eksternal terhadap perusahaan, seperti risiko-risiko pasar perusahaan. Di dalam analisis SWOT tentang lingkungan eksternal, di dalamnya terdapat peluang dan ancaman.
OPPORTUNITY (PELUANG)
Dengan menciptakan diferensiasi dan diversifikasi pada produk-produknya, maka PT Hasnur Cipta Terpadu mampu memperluas pangsa pasarnya di seluruh Indonesia. Luasnya pangsa pasar perusahaan, tentu saja akan meningkatkan nilai perusahaan yang akan menguntungkan perusahaan juga menguntungkan pemegang saham karena kenaikan EPS (Earning Per Share) nya. Selain itu rencana PT HCT membuat pabrik minyak goring akan membuka peluang bagi PT HCT memiliki semua proses produksi dari hulu hingga ke hilir.
THREATS (ANCAMAN)
Dengan menciptakan beragam produk yang bervariasi, tidak menjadikan PT HCT sebagai perusahaan yang menguasai pasar secara keseluruhan, bahkan semakin banyak perusahaan lain menciptakan inovasi-inovasi produk yang hampir sama atau lebih inovatif dengan produk yang diciptakan PT HCT, hal ini membuat PT HCT harus selalu dan secara terus-menerus melakukan inovasi terbaru agar tidak kehilangan konsumennya.
Kemudian banyaknya pesaing sejenis seperti Sinar Mas yang juga menguasai alur produksinya sendiri dari hulu hingga ke hilir. Para pesaing ini bukan hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri yang membuka lahan sawit di Kalimantan dan Sumatera.

Wednesday, February 4, 2015

good corporate governance (GCG)

BAB I
PENDAHULUAN

Good Corporate Governance (GCG) merupakan isu sentral dalam beberapa tahun ini. GCG harus mempertimbangkan sebuah jaminan kredibilitas atas keuangannya dan laporan akuntansinya. Corporate governance yang baik harus dapat menunjukkan kearah pengembalian saham yang lebih tinggi dan sebagai konsekuensi penilaian perusahaan akan lebih tinggi (Klapper dan Love, 2003). McKinsey (2002) menyatakan bahwa 15% dari para investor mempertimbangkan corporate governance lebih penting daripada isu–isu keuangan perusahaan, seperti kemampuan laba atau pertumbuhan potensial perusahaan tersebut.
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan (Watts dan Zimmerman, 1986). Permasalahan agensi mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan dalam bentuk investasi yang tidak layak (Jensen dan Meckling, 1976). Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. GCG memberikan manfaat di antaranya yaitu: (1) meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara principal dengan agent; (2) meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik. Suatu perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang saham (shareholder) ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi biaya modal (pengembalian/ return yang diperlukan untuk ekuitas). Dengan kata lain, sebuah perusahaan menciptakan nilai dalam satu tahun ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi harapan dan nilai perusahaan ini kemudian dinamakan sebagai created shareholder value (CSV) (Fernandez, 2001).
Berbagai studi terkait corporate governance dan firm value menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras dengan kepentingan shareholders. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) berupa internal mechanism seperti: komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif serta komite audit, (2) external mechanism seperti pengendalian oleh pasar, level debt financing, dan auditor eksternal.
Makalah ini membahas monitoring mechanism baik internal maupun eksternal dalam perusahaan untuk menciptkan nilai bagi pemegang saham perusahaan dalam kerangka konsep good corporate governance di Indonesia.











BAB II
PEMBAHASAN

Agency Theory
Perspektif teori agensi yang digunakan merupakan dasar yang digunakan guna memahami isu corporate governance. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara principal dan agent. Jensen dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka–angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik di antara pihak–pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan oleh agent sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent.
Teori keagenan (agency theory) menekankan pentingnya pemilik perusahaan atau pemegang saham (principal) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga–tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari–hari agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin. Namun, adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Manajemen memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya. Oleh karenanya, diperlukan peran pihak independen guna menilai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.
Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/ menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/ kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer.
Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Selain itu GCG merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer (atau insider) agar bertindak yang terbaik untuk kepentingan investor luar (kreditur atau shareholder) (Prowson, 1998).
Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah:
· Keadilan (fairness) yang meliputi: (a) perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham, (b) perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.
· Transparansi (transparancy) yang meliputi: (a) pengungkapan informasi yang bersifat penting, (b) informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas, (c) penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu, dan efisien.
· Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi pengertian bahwa: (a) anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham, (b) penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen, dan (c) adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
· Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi: (a) menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan, (b) Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka, (c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang berkepentingan, dan (d) jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.
Mekanisme GCG dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) internal mechanism (mekanisme internal) seperti: komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif, (2) external mechanism seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing. Penerapan GCG memberikan manfaat diantaranya yaitu: (1) meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara principal dengan agent; (2) meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
Created Shareholder Value (CSV)
Suatu perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang saham (shareholder) ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi biaya modal (pengembalian/ return yang diperlukan untuk ekuitas). Dengan kata lain, sebuah perusahaan menciptakan nilai dalam satu tahun ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi harapan. Created Shareholder Value (CSV) didefinisikan sebagai berikut: CSV = shareholder value added – (equity market value x ). Dimana: shareholder value added = increase in equity market value payments from shareholder + dividends + repurchases conversions. Increase in equity market value = equity market valueequity market value. = return of treasury bonds + required return to equity.
Internal mechanism dan created shareholder value
Internal mechanism adalah salah satu mekanisme dalam GCG. Mekanisme ini dilakukan oleh pihak intern perusahaan. bentuk dari mekanisme ini dapat berupa komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan manajerial. GCG diyakini berhubungan dengan nilai perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Keberadaan komite audit diprediksikan berhubungan dengan ketepatwaktuan publikasi laporan karena keberadaan para direktur luar tersebut dapat memperbaiki komite audit dengan pengalaman dan keahlian yang mereka miliki. Perusahaan bisa memanfaatkan pengalaman direktur luar ini untuk meningkatkan proses pelaporan keuangannya. Lebih lanjut, para direktur luar dalam komite audit ini bisa membantu memperkuat sistem pengendalian internal (sebagai salah satu peran komite audit yaitu mendiskusikan efektivitas pengendalian internal perusahaan dengan auditor internal). Dengan meningkatnya proses pelaporan keuangan perusahaan dan menguatnya sistem pengendalian internal, maka rentang waktu untuk mengeluarkan laporan keuangan auditan lebih pendek.
Dharmapala dan Khanna (2008) menyatakan bahwa komite audit sebagai salah satu mekanisme corporate governance pada perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. dengan adanya komite audit yang melakukan pengawasan terhadap perusahaan meningkatkan apresiasi pelaku pasar sehingga meningkatkan respon pasar terhadap saham perusahaan dan meningkatkan harga pasar saham yang sekaligus meningkatkan nilai perusahaan. Black et al. (2008) secara konsisten menyatakan sebelumnya bahwa corporate governance yang diterapkan dengan mekanisme yang baik berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui peningkatan nilai pengembalian investasi bagi investor.
Teori keagenan berpendapat bahwa kepemilikan oleh manajemen dan direksi adalah pedang bermata dua yang mempengaruhi biaya agen (Jensen dan Meckling, 1976). Secara khusus, kepemilikan oleh manajemen dan direksi mengurangi biaya agen karena kepemilikan saham dalam perusahaan yang memotivasi manajemen dan direksi untuk berperilaku seperti pemegang saham. Oleh karena itu, kepemilikan oleh manajemen dan direksi sebagian dapat menggantikan mekanisme pemantauan. Kepemilikan tinggi bisa berkubu manajemen dan direksi, sehingga meningkatkan biaya keagenan. Hal ini menunjukkan bahwa di pasar modal yang relatif kecil, kepemilikan manajemen dan direksi yang tinggi dapat mengakibatkan salah pelaporan keuangan dan pengambilalihan dari pemegang saham minoritas. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan oleh pihak manajerial berpengaruh terhadap kinerja dan nilai perusahaan.
Kehadiran direksi lebih independen di dewan dan komite audit memfasilitasi monitoring yang efektif lebih dari pelaporan keuangan dan audit eksternal. Asosiasi empiris seperti dijelaskan oleh teori keagenan, yang berpendapat bahwa direksi independen memberikan pengawasan yang efektif terhadap manajemen. Oleh karena dapat digunakan dalam proses monitoring terhadap perusahaan, maka keberadaan direksi independen dapat mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan.
External mechanism dan created shareholder value
Kepemilikan institusional dapat diartikan sebagai proporsi saham yang beredar yang dimiliki oleh institusi lain di luar perusahaan, seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun dan lain-lain pada akhir tahun yang diukur dalam presentase. Peningkatan kepemilikan institusional dapat menyebabkan kinerja manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku opportunistic. Kepemilikan institusional juga dianggap lebih dapat dengan tepat memperkirakan keuntungan di masa mendatang daripada kepemilikan noninstitusional. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainnya.
Peningkatan kepemilikan institusional dapat mengurangi agency cost atas debt dan insider ownership karena semakin besar kepemilikan institusional maka akan dapat mengurangi terjadinya konflik antara kreditur dan manajer, dan akhirnya dapat menekan biaya keagenan. Pemegang saham institusional memiliki insentif untuk memonitor secara ketat terhadap pihak manajemen dan memastikan perusahaan telah menerapkan mekanisme pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan secara efektif. Dalam praktiknya tugas komite audit berkaitan dengan auditor eksternal, seperti dalam Kep-29/PM/2004 komite audit bertugas untuk melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor eksternal dan sebaliknya kinerja auditor eksternal berkaitan secara subsitusi dengan fungsi audit internal yang dalam pelaksanaannya oleh auditor internal bekerja sama dengan komite audit.
Auditor BIG 4 dianggap dapat menyediakan audit dengan kualitas tinggi. Kualitas audit yang lebih baik diasosiasikan dengan kurangnya kemungkinan adanya masalah pelaporan keuangan. Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani pekerjaan audit untuk perusahaan publik. Auditor BIG 4 memiliki pengaruh negatif dengan frekuensi rapat komite audit, sejalan dengan peneliti dan terkait tugas dan wewenang komite audit dan auditor eksternal, Sehingga peneliti memasukan unsur kualitas audit (diproksikan dengan audit big 4) terkait dengan frekuensi rapat komite audit.
Teori keagenan berpendapat bahwa penyedia utang terus memantau perusahaan untuk memastikan persyaratan utang tidak dilanggar oleh perusahaan, sehingga membatasi leverage perusahaan. Dengan demikian juga akan membatasi manajemen perusahaan untuk melakukan penyalahgunaan aliran kas bebas dan dapat mengurangi masalah keagenan. Dengan demikian, debt financing berpengaruh terhadap kinerja dan nilai perusahaan.












BAB III
KESIMPULAN

Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham . GCG memberikan manfaat di antaranya yaitu: meminimalkan agency cost, meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan, dan meningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
Manfaat tersebut dapat diraih dengan dua mekanisme yaitu internal mechanism dan external mechanism. Mekanisme internal dapat dijalankan dengan independensi dewan komisaris dan direksi, komite audit dan kepemilikan manajerial, sedangkan mekanisme eksternal dapat dijalankan dengan kepemilikan institusional, auditor independen, dan pendanaan dari hutang. Dengan menjalankan dua mekanisme tersebut secara baik, perusahaan akan dapat melakukan pengelolaan perusahaan secara baik, sehingga tujuan perusahaan untuk menciptkan nilai tambah ekonomis bagi para pemegang saham dapat dicapai.








DAFTAR PUSTAKA

Black, B., Jang, H. dan Kim, W. 2003 Does corporate governance affect firm value? evidence from korea. Stanford Law School J.M Olin Program in Law and Economics Working Paper No.237.
Dharmapala, Dhammika. dan Khanna, Vikramaditya. 2008. Corporate governance, enforcement, and firm value: evidence from India. Available in http:/www.ssrn.com.
Fernandez, Pablo.2001. A definition of shareholder value creation. IESE Business School. Camino del Cerro del Aguila 3: 1-10.
Jensen, M., dan Meckling W. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency cost, and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360.
Klaper, L. dan I. Love. 2003. Corporate governance, investor protection and performance in emerging markets. working paper, word bank.
McKinsey and Company. 2002. Investor opinion survey on corporate governance. London: McKinsey and Company.
Prowson, S. 1999. Corporate governance in East Asia: a framework for analysis, ESCAP,http://www.unescap.org/drpad/publication/dp20_1973/dp_20.
Watts, R., dan J., Zimmarmen.1996. Positive accounting theory. Engleword. Cliffs. N. J. Prentice hall press.